Hujan Bulan Juni
Sapardi Djoko Damono
tak ada yang lebih
tabah
dari hujan bulan
juni
dirahasiakannya
rintik rindunya
kepada pohon berbunga
itu
tak ada yang lebih
bijak
dari hujan bulan
juni
dihapusnya jejak-jejak
kakinya
yang ragu-ragu di
jalan itu
tak ada yang lebih
arif
dari hujan bulan
juni
dibiarkannya yang
telah terucapkan
diserap akar pohon
bunga itu
Pengantar
Sajak atau yang
lebih luas dikenal sebagai sebuah karya sastra atau karya seni pada umumnya,
merupakan satu keseluruhan yang bulat dan berdiri sendiri (otonom).
Sapardi
Djoko Damono, dilahirkan di Solo 20 Maret 1940. Masa kanak-kanak dan dewasanya
dihabiskannya di kota kelahirannya itu.
Judul
adalah sebuah lubang kunci untuk menengok keseluruhan makna puisi. Melalui
lubang kunci itu bisa terlihat apa yang ada di dalam puisi, bahkan melalui
lubang kunci itu bisa terbuka rahasia makna yang ada di dalam sebuah puisi.
Judul biasanya menggambarkan keseluruhan makna atau identitas terhadap sebuah
puisi. Judul dapat pula memperlihatkan sesuatu yang unik dari puisi itu.
Puisi
di atas berjudul Hujan Bulan Juni,
pada puisi ini menceritakan tentang hujan yang turun di bulan Juni, dan Sapardi
mengatakan kalau hujan pada bulan Juni tersebut lebih tabah, arif, dan
bijaksana.
Puisi
ini bercerita tentang kerinduan yang dimilikinya dan janji yang pernah diucapkannya
diibaratkan sama seperti hujan yang turun di bulan Juni. Gadis yang ia rindukan
pun ia ibaratkan seperti pohon berbunga yang segar karena hujan. Dari puisi
Sapardi tersebut, dapat kita lihat suasana yang terdapat pada puisi yang
berjudul Hujan Bulan Juni memang
cocok dengan judul sajaknya.
Kata-kata yang
sering diulang di dalam sebuah puisi bisa menjadi kata-kata yang dominan.
Kata-kata yang dominan itu dapat pula memberi suasana yang dominan terhadap
sebuah puisi. Pada sebuah puisi dengan melihat kata-kata yang dominan itu akan
terbuka pula kemungkinan untuk memahami makna keseluruhan puisi itu.
Dua kata yang
dominan pada puisi ini adalah kata ‘pohon’ dan ‘bunga’ yang digunakan beberapa
kali pada puisi di atas. Kedua kata itu mengandung pengertian yang saling
berkaitan dan juga saling berhubungan, ‘pohon’ memiliki arti sebuah tumbuhan
yang memiliki ukuran yang sangat beragam ada yang kecil dan juga besar,
sedangkan bunga itu sendiri merupakan bagian dari pohon tersebut. Pohon juga
dapat diartikan sebagai suatu cabang dari hal atau sesuatu.
Kata ‘bunga’
memiliki arti bagian dari tumbuh-tumbuhan atau sesuatu yang terlihat begitu
indah. Kata ‘bunga’ juga dapat diartikan sebagai seorang gadis cantik, atau
panggilan untuk kekasih yang dicintai.
Bahasa puisi
adalah bahasa yang melewati batas-batas maknanya yang lazim. Melewati maknanya
yang harfiah, dengan makna yang konotatif itu ingin dibentuk suatu imaji atau
citra tertentu di dalam sebuah puisi.
Makna yang
konotatif itu dibentuk dengan pemakaian majas
(figure of speech), yakni pemakaian kata yang melewati maknanya yang
denotatif. Ada
tiga jenis majas, yakni: pertama, majas
perbandingan meliputi: metafora, kiasan, personifikasi, analogi, dan
umpamaan, yang kedua majas pertentangan
meliputi: ironi, hiperbola, litotes, dan yang ketiga, majas pertautan meliputi: metanimi, sinedoke, dan eufemisme.
Makna konotatif
melewati maknanya yang lazim maka kemungkinan mengartikan sebuah kata dalam
puisi bisa bermacam-macam. Perhatikanlah bait pertama pada baris pertama dan
kedua puisi di bawah ini.
Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan juni
Berdasarkan logika biasa dan makna harfiah, apa yang diungkapkan di dalam puisi tersebut adalah mustahil. Tidak mungkin hujan bulan Juni mempunyai sifat yang tabah, yang pada umumnya hanya dimiliki oleh manusia.
Pada bait kedua
baris pertama kata ‘bijak’ hanya dimiliki oleh manusia yang memiliki pengertian dari sebuah sifat
yang terpuji, baik budi, dan kata-katanya sopan dan masuk akal.
Pada bait ketiga
baris pertama terdapat kata ‘arif’ yang memiliki makna yang sama dengan orang
yang mempunyai sikap yang cerdik dan pandai, selain itu kata ‘arif’ juga memiliki arti orang yang berilmu dan adil.
Pada puisi ini
terdapat makna konotatif yang dibentuk dengan pemakaian majas perbandingan
yaitu personifikasi. Personifikasi adalah memperbandingkan atau melukiskan
suatu benda dengan memberinya sifat-sifat manusia, sehingga pelukisannya
menjadi lebih hidup.
Dalam mencari
makna yang terungkap dalam larik atau bait puisi, maka makna yang lebih benar
adalah makna yang sesuai dengan struktur bahasa. Makna konotatif yang dipegang
adalah makna yang telah disepakati, dan yang paling mungkin berdasarkan
hubungan dengan kata, frase, dan kalimat yang ada.
Tentang siapakah
puisi di atas bercerita? Apakah bicara tentang
seseorang atau sesuatu? Jawabannya terletak pada beberapa larik
tertentu. Pada bait pertama baris ketiga /dirahasiakannya rintik rindunya/,
pada bait kedua baris ketiga /dihapusnya jejak-jejak kakinya/, dan pada bait
ketiga baris ketiga /dibiarkannya yang telah diucapkan/. Puisi ini bercerita
tentang keadaan penyair yang dirasakannya
saat hujan turun di bulan Juni, yaitu adanya penempatan kata pronominal posesif
yang memiliki arti kepemilikan.
Dalam sebuah
puisi jika kita mau menangkap pikiran (maksud) di dalam puisi, kita harus
mengupas masalah dalam parafrase puisi itu terlebih dahulu. Parafrasenya adalah
ia mengatakan kalau tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni yang turun
pada saat itu, ia pun merahasiakan perasaan rindu yang dirasakannya.
Ia juga mengatakan kalau tak ada yang lebih
bijak dari hujan bulan Juni yang turun pada saat itu, dengan begitu ia
menghapus jejak-jejak kakinya yang tersisa di jalan itu meskipun penuh dengan
keraguan ia juga mengatakan kalau tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni
saat itu, sehingga ia biarkan berlalu begitu saja apa yang telah di ucapkannya
tanpa mau memperdulikannya lagi. Usaha dalam
memprosakan sebuah puisi hanyalah sekedar untuk menangkap pikiran, bukan untuk
menikmati keindahan yang terdapat pada puisi tersebut.